17 Apr 2011

Singapore with Mom and her friend

Two days ago, we departed from Batam Center International Ferry Terminal at 6.10 in the morning to Singapore.  Since my mother's friend never been to Singapore before, I had a plan to take her to the common interesting places that every tourist who came to Singapore visited.  After the Immigration clearance, she decided to change her Rupiah money to Singapore dollar. It was 7100 for 1 Singapore dollar.

First place to visit were Universal Studio Singapore, only to take a photograph with the blue giant ball, unfortunately the ball were under maintenance, it was covered but still we can took a picture there since they made a giant ball painting on the wall that covered it.  We went to the Casino and had a window shopping at the Galleria, Resorts World Sentosa, exactly saw those fancy things by the window, It was 9 A.M so the store still closed indeed.

Merlion were our next destination.  It was covered by a green box and transformed into a hotel, as part of the Singapore's Biennale.  According to the Singapore Biennale 2011, this Merlion hotel open to public viewing from March 13rd, 2011 to May 15th, 2011.

If you forget to bring along your umbrella, don't worry because when you get in line to come inside they will borrow you their orange umbrella.

After having a monorail to Sentosa, MRT to Raffles Place we decided to take a bus to Mustafa Center, by taking bus number 131 from the One Raffless bus stop shelter.

Well, frankly say I never like Mustafa because of the smell...it's so...you know what I meant.  My mother's friend bought a lot of souvenirs to bring home.  Had a late lunch at Indian food restaurant and took a cab with a little struggle to Bugis Junction.  It's only 7$ and 10 minutes. At Bugis Junction, we only spent not more than 1 hour.  Then went to Harbourfront, spend a small amount of money at one price store while waiting for the time to go back to Batam at 6 PM.

24 Sept 2010

Menuju Macau-Hongkong...

Iseng-iseng cek harga tiket maskapai penerbangan low cost carrier yang sedang promo, tapi ada daya karena peminatnya banyak, susah sekali untuk bisa masuk ke website pada saat promo itu berlangsung.  Dulu saya pernah memanfaatkan fasilitas harga tiket promo dan memang dibookingnya harus pada dini hari atau shubuh.  Waktu itu memang saya niat tidak niat...hehehe....

Setelah browsing harga sana sini (baca: membandingkan dengan maskapai lain) ternyata harga tiket kul-mfm-kul punya AA lebih murah.  Jadi kami sepakat untuk melakukan pemesanan tiket via internet untuk 8 orang.

Berarti sekarang waktunya untuk mencari tahu semua hal yang berhubungan dengan Macau, juga Hongkong.  Tidak mungkin rasanya sudah sampai ke Macau tapi tidak mampir ke Hongkong, kalau perlu dilanjutkan ke Shenzhen (tapi terlalu mepet waktunya dan harus memiliki Visa pula). Kalau saja bisa cuti agak lama, malah bisa lanjut ke Beijing, Shanghai atau Guangzhou degh...*ngarep.com

Berbekal mbah Google dan peta rasa-rasanya tidak ada informasi yang tidak dapat dicari, plus buku keluaran Lonely Planet edisi Hongkong-Macau.  Dari buku didapat informasi mengenai tempat-tempat wisata yang harus dituju, penginapan baik hotel maupun hostel/guesthouse, tempat makan, tempat belanja, bahkan sejarah negara yang akan kami tuju ini. 



Lonely Planet Hongkong & MacaoBerdasarkan informasi dari buku ini, saya tinggal membuka link penginapan yang masuk ke dalam budget kami.  Maunya sih tinggal di hotel daerah Macau City atau dekat dengan Senado Square, selama di Macau, sedangkan selama di Hongkong maunya tinggal di daerah Tsim Sha Tsui atau Causeway Bay atau Central.  Sampai saat ini saya belum bisa memutuskan untuk menginap dimana, karena surat elektronik yang saya kirimkan ke penginapan, belum semuanya terbalas.  Untuk memilih hotel dan rute perjalanan, saya mengandalkan Trip Advisor serta situs pariwisata Hongkong dan Macau.  Informasi tambahan saya dapatkan di sini dan di sana.

Tempat yang mungkin akan kami kunjungi selama di Hongkong, antara lain, The Peak, Stanley Market, Ladies Market (Mongkok), Kowloon, Disneyland, Clock Tower,  The Peninsula, Avenue of the Star, Temple Street Night Market (area Jordan), area Nathan Road, Tsim Sha Tsui promenade, menonton Symphony of Lights dengan Aqualuna, Central-Mid levels escalators, Repulse Bay, makan di floating Jumbo Restaurant, makan malam di atas atap IFC Mall, window shopping di Causeway Bay dan Harbour City.










3 May 2010

Japan, I am coming

Akhirnya saya mendapatkan kesempatan ini juga, hehehe..........senangnya bisa ke Jepang even cuma hitungan jam.

5 Apr 2010

Telaga Sarangan

Sore itu kami bertemu di salah satu resto di dalam gedung terminal 1B keberangkatan, pesawat kami akan take off jam 5.45 PM menuju Solo.  Waktu yang ditempuh hanya sekitar 1 jam, jadi sekitar jam 7.15 malam kami sudah sampai di bandara Adi Soemarmo, dan langsung bertemu dengan teman yang menjemput kami, Petaling namanya.

Tujuan kami sebenarnya adalah kota Madiun, dan malam itu pun juga kami langsung menempuh perjalanan sekitar 2-3jam.  Dalam perjalanan perut ku sudah keroncongan, hehehe....karena memang sudah waktunya makan malam.  Akhirnya sekitar jam 9 malam, Petaling memutuskan untuk berhenti di Sarangan, karena Sarangan ini merupakan sebuah telaga yang menjadi tempat wisata seperti halnya di Puncak Jakarta, udaranya sangat dingin, tapi kami tidak dapat melihat apa-apa karena memang sudah malam.  Tempat makan yang paling ramai ada dipojokan sebelah kanan, yaitu Nasi goreng Maut dan ada pilihan menu tambahan, yaitu sate Kelinci yang berjualan tidak jauh dari tempat itu.

ini dia tempat kami makan
                                

Seumur hidup saya belum pernah makan daging Kelinci karena memang tidak tega rasanya, melihat makluk yang imut-imut itu harus dimakan, tapi apa daya malam itu karena rasa lapar yang amat sangat, saya memakannya juga.  *maaf ya Kelinci*.

sate Kelinci

yang jualan sate Kelinci

 
mejeng depan salah satu hotel hanya untuk dapat tulisan Sarangan :D

Setelah kenyang kami melanjutkan perjalanan dan tiba di hotel Kartika Abadi, Madiun sekitar jam 11 kurang.

Dalam perjalanan menuju Solo kami kembali mampir ke kawasan wisata telaga Sarangan (telaga Sarangan terletak pada jalur Magetan-Solo, kabupaten Karanganyar) dan tiba disana sekitar jam 10 pagi, wah ternyata ramai sekali, apalagi pas hari minggu.  Ternyata disini tersedia beraneka ragam fasilitas untuk wisata, rumah makan, hotel, perahu dayung, speed boat, kuda tunggangan, tempat bermain anak-anak, pasar wisata yang menjual barang-barang suvenir, makanan khas serta sayuran lokal. 

Saya sempat naik speed boatnya, lumayan seru, untung sih gak sampe basah-basahan, karena cuma ini baju yang ada buat kembali ke Jakarta, sore nanti.  Setelah makan siang kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju Solo dan mampir di untuk makan durian meskipun saya secara pribadi  kurang menyukai durian.

Perjalanan pun dilanjutkan kembali dan mumpung sudah di Solo kami memutuskan untuk mampir ke Keraton Solo dengan membayar sebesar Rp 2.500,- untuk wisatawan domestik dan Rp 7.500,- untuk wisatawan mancanegara dan membayar tambahan Rp 1.000.- bila membawa kamera.  Setiap satu rombongan ditemani oleh abdi dalem yang akan menceritakan tentang sejarah keraton dan hal-hal menarik lainnya yang terjadi baik di dalam maupun diluar seputaran keraton Solo.  Berhubung waktu yang kami miliki sangatlah sedikit, maka kami minta agar tur dan penjelasan dapat dipersingkat.  Maaf ya Abdi....

Keluar dari keraton kami langsung merembuk apakah ke Pasar Klewer atau ke PGS ? Akhirnya kami memutuskan untuk ke PGS karena siang itu sangat terik dan waktu yang kami punya hanya 2 jam untuk belanja.  Saya membeli beberapa buah kain dan satu set seprai corak batik warna merah marun.  Teman-teman ku banyak yang kalap membeli batik, katanya mumpung lagi di Solo.

Rasa-rasanya belum puas belanja batik apalagi dalam keadaan terburu-buru, dan ditunggu sama bos. Tapi, harus kami akhiri juga perjalanan ke PGS ini karena pesawat Garuda yang akan membawa kami kembali ke Jakarta akan terbang pada pukul 5 sore.

Setibanya di bandara temanku Petaling membagikan kepada kami masing-masing satu kotak besar bertuliskan merek Brem khas Madiun, yang belakangan saya tahu isinya, berbagai macam keripik, bumbu pecel , tanpa satu pun kotak Brem itu sendiri, yang sepertinya terlupa dimasukan, plus satu kotak sate Ponorogo.  Wah, kapan dia mempersiapkannya? Ma kasih ya....

Tiba waktunya masuk ke pesawat dan berpisah ...

15 Mar 2010

Dreamland, Bali

I don't know why but I really liked this picture. The one, I used in my profile picture.

We came to Bali, my friend and I, were to visit our friends and met their families too. We stayed at hotel Melasti for 3 nights. Arrived there about at 9.20 o'clock in the morning. We have a lot of time to do. Unfortunately, our friends still busy at their office, remembering that day was friday. We start to sightseeing in Bali in the afternoon, since Melasti was in Kuta beach area, we explored there.  I'd like to feel the g-max sensations, but it took two persons to go. So, I skipped it.  Passed the Double six, I'd like to try bungy jumping but my friends didn't allow me to do that...poor me!!! everything I like to try, banned, gees....


Sent from britira's BlackBerry®

3 Mar 2010

7 jam di Singapore

Setelah drama hampir ketinggalan pesawat, dalam hati saya tertawa, "hihihi....akhirnya saya merasakannya juga".  Mudah-mudahan ini yang pertama dan yang terakhir, amin.

Setelah menghabiskan nasi lemak dan milo, saya tidur karena perjalanan ini menghabiskan waktu 2 jam 20 menit.  Oh ya pada saat di bandara Soetta, saya sempat membeli bantal tiup, tapi akhirnya tidak pernah dipergunakan karena bantal tersebut selalu kempes kembali pada saat saya hendak menutupkan tutupnya. 

bergaya di travelator, Changi

Setelah pemeriksaan paspor dan pengambilan bagasi, kami langsung mencari papan petunjuk arah menuju Skytrain ke Terminal 2, kami tiba di Terminal 1.  Dari sini nantinya kami akan ke basement untuk menunggu bus ke Budget Terminal untuk menitipkan koper-koper kami ke Left Luggage dengan membayar sebesar 7 sgd, 5sgd untuk koper ukuran sedang dan 2sgd untuk koper ukuran kecil.  Lalu kembali menuju Terminal 2, dan menuju arah ke MRT untuk ke pusat kota (Train to city).

menunggu bus ke Budget Terminal

Ini bukan pertama kalinya saya ke Singapore, tapi baru kali saya masuk melalui Changi.  Harga tiket MRT dari Changi menuju Bugis sebesar 2.5 sgd.   Sebenarnya jika kita transit di Changi lebih dari 5 jam, ada tawaran dari bandara Changi yaitu Free Singapore Tour (FST), bisa daftar di Terminal 2&3, Transit Malls. 

Merlion

Tapi tidak kami ambil karena kami hanya ingin belanja di Bugis dan berfoto ria di depan patung Merlion.  That's all!.

Hasil tiap keping

Setelah proses check in dan pemeriksaan paspor, teman-teman dan saya mulai mengorek-ngorek dompet masing-masing, untuk menghabiskan setiap keping uang dolar Singapore. Hasilnya, saya membeli pembatas buku, majalah gosip OK, sebatang besar coklat Toblerone dan sebuah payung dengan tempat penyimpanan yang cantik. 

25 Feb 2010

cita rasa Bangkok

...sambungan Phang Nga Bay


Setelah 1 jam dan 20 menit penerbangan, akhirnya kami tiba di bandara Suvarnabhumi, Bangkok.  Bandaranya luas, besar dan megah. Cukup jauh untuk menemukan posisi bagage claim dan kami pun harus menunggu cukup lama untuk mengambil bagasi, kami tiba jam 8 malam dan baru mendapatkan bagasi sekitar  jam 9, yang artinya jemputan dari  bangkoktransferservice telah menunggu kami selama 1 jam. Kami semua setuju untuk menggunakan jasa antar jemput, bandara-hotel-bandara mengingat kami tiba pada malam hari, dan akan pulang pada pagi hari,  juga karena banyaknya barang bawaan alias koper.  Untuk sekali perjalanan dikenakan biaya sebesar 1100 bath, untuk maksimal kapasitas sekitar 10 orang.  Jenis kendaraan disesuaikan dengan keinginan dan/atau banyaknya jumlah orang, kendaraan kami minivan commuter Toyota.

 
 menuju parkiran

Dalam perjalanan menuju hostel, ditengah perjalanan kendaraan kami dihentikan oleh Polisi.  Kami beranggapan bahwa sedang ada pemeriksaan rutin atau razia.  Tenang pasti nanti kita akan segera dilepas setelah mengetahui bahwa kami turis, pikirku.  Tapi ternyata kenyataannya berbeda, mereka meminta paspor kami, sebagai identitas tentunya, dan meminta kami untuk turun dari kendaraan.  Langsung saya mengingatkan teman-teman saya untuk membawa turun tas tangan mereka untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan terjadi. Akhirnya kami diijinkan untuk meneruskan perjalanan, dalam sisa perjalanan itu kami bertanya ke Supir "ada apa? apakah sedang ada yang dicari atau bagaimana?" ternyata jawabannya "Polisi disini biasa itu, kalo melihat kendaraan plat kuning (bener gak ya kuning), pasti minta jatah". Kami pun bertanya "jadi Anda memberikan sesuatu kepada Polisi tadi?. Supir itu pun menjawab, "tenang saja, saya tidak mau, karena saya tidak salah", dan Ia pun langsung menghubungi kantornya untuk melaporkan kejadian yang baru saja Ia alami. Ah, ternyata...!!!

 
 interior di Wild Orchid Villa

Setelah sekitar hampir 1 jam (mustinya bisa 35 menit saja kalo tidak ada insiden di atas) kami sampai di wildorchidvilla tempat kami akan menginap selama 2 malam.

 suasana di Wild Orchid Villa

Hostel ini merupakan salah satu hostel yang letaknya dekat dengan khaosanroad yang terkenal diantara para backpacker.  Ia terletak di pusat kota Bangkok, hanya 3 menit untuk sampai ke Khao San road yang dapat dicapai dengan berjalan kaki, bahkan ke Grand Palace, Emerald Budha, Wat Pho dan Sungai Chao Phraya.

Tiba di hostel, saya memberikan selembar kertas yang berisikan pesanan kamar online kami kepada resepsionis,  lalu resepsionisnya menawarkan saya untuk masuk ke kamar terlebih dahulu baru nanti turun untuk melakukan pembayaran dan pendataan.

Namanya juga hostel, jadi tidak ada yang namanya LIFT.  Saat kunci kamar diserahkan kami baru  tahu, ternyata ada 2 kamar yang di lantai 3 (twin bed), 1 kamar di lantai 4 dan 5 (double bed).  Kenapa gak bisa satu lantai saja bareng-bareng ya???  Saya memilih yang dilantai 3, wah kebayang donk capeknya saya, karena saya bawa koper bukan tas ransel, apalagi koper saya sudah bertambah beratnya, hehehe....Sampai kamar saya langsung cek kamar mandi, ternyata air panasnya berfungsi, syukurlah, bisa dikatakan luas kamar hostel di Bangkok ini lebih kecil dari yang kami tempati di Phuket.  Pada saat hendak menyalakan pendingin ruangan, kami berdua bingung, kok gak bisa? mana remotenya? Tanya ke kamar sebelah, tanya ke kamar atas, semuanya sama, tidak ada remote.  Akhirnya saya turun ke lantai 1, dan dibenarkan bahwa remote AC baru akan diberikan pada saat kami sudah memberikan data-data kami.  Naik lagi saya ke setiap lantai dan kamar untuk mengambil paspor dan berjanji untuk bertemu kembali di lobi hotel 45 menit kemudian

Mereka mengharuskan adanya uang deposit sebesar 1000 bath atau meninggalkan paspor sebagai jaminan.  Tadinya saya ragu untuk menjadikan paspor sebagai jaminan, namun dia menyakinkan saya bahwa banyak yang melakukannya sambil membuka laci yang penuh dengan paspor (diberikan tanda terima), untuk setiap 1 kamar dijaminkan 1 paspor.

Setelah pembayaran kamar, saya baru bisa istirahat, mandi dan segar kembali, seperti biasa  tidak terasa lagi capeknya, hahaha......itu saya,  tapi kalo teman-teman saya sih maunya langsung tidur.  Saya bilang, kalo mau tidur di Jakarta saja, kita cuma punya waktu sedikit di Bangkok. Akhirnya mereka setuju karena memang sudah lapar juga.  Bayangkan terakhir kali makan berarti pada saat di atas kapal di laut Andaman.  (kalo saya sih, sudah makan di dalam pesawat, nasi lemak dan milo).

makan malam pertama di Bangkok

Sebelum keluar hostel, tanya arah ke jalan Khao San dulu, sama resepsionis.  Hostel ini juga memiliki banyak brosur dan peta yang bisa dilihat ditempat.  Keluar dari hostel belok kanan, belok kiri, kanan lagi, lalu lurus saja, sampe degh.  Sepanjang perjalanan, saya sambil menikmati suasananya dan mencari-cari mana kira-kira tempat makan yang halal.  Ternyata rada susah booo....Lalu kami memutuskan untuk makan  di depan Barlamphu, karena aroma masakannya yang sedap, sedangkan Barlamphunya sendiri  ada live music, suara penyanyinya bagus.  Gak nyesel juga makan disini...hehehe.....

Barlamphu

mejeng dolo

Pagi berikutnya, jam 8 kami semua siap untuk berkeliling Bangkok.  Ya minimal, yang wajib dilihat selama di Bangkok lah, hehehe....  Waktu kami cuma 1 hari ini saja.  Otomatis tempat pertama yang kami kunjungi yaitu Grand Palace, karena cuma berjarak 900 meter dari tempat kami menginap.  Dapat ditempuh dengan berjalan kaki, tapi karena ingin mencoba naik tuk tuk, ya sudahlah, kami naik tuk tuk.  Masuk ke Grand Palace, dikenakan biaya 350 bath.  Lanjut ke Wat Pho, yang jaraknya berdekatan, bayar 50 bath untuk bisa melihat Sleeping Budha.  Ternyata apa yang sering saya baca di salah satu milis yang saya ikuti, benar adanya, kalau banyak sekali calo/supir tuk tuk di luar Wat Pho, yang mengatakan, "Wat Pho tutup, karena ini hari minggu", tapi saya tidak mengubrisnya.  Benar saja, sesampainya di loket pintu masuk, terpampang dengan jelas kalau Wat Pho buka setiap hari, dari jam 08:00-18:00.

naik tuk tuk ke Grand Palace, 100 bath

 
mejeng di depan The Chakri Maha Prasat Hall


The upper terrace of Grand Palace

  
mejeng di depan Sleeping Budha, Wat Pho

Tujuan kami berikutnya adalah Wat Arun, sebenarnya ingin sekali melihat Wat Arun pada saat fajar atau senja, karena sesuai nama lain dari Wat Arun itu, Temple of the dawn.   Refleksi cahaya yang dipantulkan katanya sih cantik, tapi mengingat waktu yang terbatas.  Ya sudahlah, menjelang waktu makan siang kami menuju Wat Arun.  Dari Wat Pho ke dermaga menuju Wat Arun kami naik taksi, bayar 80 bath.  Untuk sampai ke dermaga, kami melewati pasar, yang banyak menjajakan makanan.  Ah, jadi lapar, kebetulan sudah waktunya makan siang. Pas di pinggir sungai Chao Phraya, sebelum loket masuk untuk naik perahu, kami melihat ada tempat makan yang ramai dan aroma masakannya harum sekali.  Seperti biasa, akhirnya kami makan siang disini. Ongkos untuk menyebrangi sungai, 3 bath.


maksi sebelum menyebrang ke Wat Arun


Wat Arun (Temple of the Dawn)

Kami tak lama di Wat Arun karena masih gerimis, tapi tetep bo kalo buat foto-foto sih, gak boleh terlewatkan.

di depan Wat Arun
Tujuan kami berikutnya adalah kawasan belanja, yang pertama akan kami tuju yaitu Chatuchak Market, kebetulan hari sabtu, pas banget.  Pasar ini cuma buka hari sabtu dan minggu, sesuai nama lainnya Weekend Market.  Setelah kembali menyebrangi sungai Chao Phraya, kami kembali naik tuk tuk menuju stasiun BTS skytrain National Stadium.  Kami sempat salah arah, maklum wong ndeso, hehehe....Seharusnya kami turun di Siam untuk ganti jalur ke Sukhumvit Line, lalu turun di Mochit.  Untuk menuju pasar ini, bisa juga naik MRT subway yang juga dikenal dengan Bangkok Metro, turun di Khampaeng Phet.


Chatuchak Market


siapa yang laper...?

 

  
mejeng di depan HRC Bangkok

  
mal Ma Boon Krong yang wajib dikunjungi

  
Khao San Road

  
simpati untuk Haiti

 
makan sup ayam

  
Red District, Patpong

Nina dan saya ngobrol ngalor ngidul, kesana kemari sambil merapikan barang-barang ke dalam koper, tanpa terasa waktu berlalu dan kami tersadar kalau waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 dini hari, padahal seharusnya jam 4 pagi saya sudah harus bangun dan siap-siap.  Lain halnya dengan Nina, dia santai karena penerbangannya jam 5 sore. Akhirnya saya minum sebutir ctm dan memasang alarm tepat pukul 04:00 pagi. 

Tiba-tiba alarm sudah berbunyi saja........yang herannya saya langsung terbangun dan merasa segar (memang beda banget aura liburan itu, bawaannya semangat terus....hihihihi....).  Sebelum mandi saya langsung keluar kamar dan naik ke lantai 4 dan 5, untuk memastikan kalau teman-teman sudah terbangun. Lalu kembali ke kamar, mandi, say goodbye to Nina dan menurunkan koper dari lantai 3 ke lobbi.

Rupanya jemputan kami sudah datang, mereka tepat waktu, mengingat penerbangan kami menuju Singapore jam 07:05 pagi.  Sambil menunggu yang lain, saya ke resepsionis untuk mengambil kembali paspor-paspor yang dijadikan jaminan. Waktunya berpisah dengan hostel, mari bergaya di pagi buta....... :D


pagi-pagi bergaye

di antara kantuk dan kamera

 
bandara Suvarnabhumi jam 5 pagi

Sambil menunggu antrian yang cukup panjang di konter Air Asia, kami pun bergaya.  Ternyata kami harus membayar kelebihan berat bagasi sebesar 400 bath.  Setelah mendapatkan boarding pass masing-masing, saya yang tadinya sudah memakai high heels, langsung menggantinya dengan sendal jepit hijau Hush Puppies, entah kenapa.  Mulai mencari pintu masuk menuju pemeriksaan paspor, ternyata ada dua tempat pemeriksaan, Air Asia masuk di pintu E. 

Saat masuk ke tempat pemeriksaan paspor, antriannya sudah panjang, karena disekat dan banyaknya penumpang yang hendak ke luar dari Bangkok, it was crowded, membuat tempat itu terlihat sempit dan tidak nyaman.  Entah pemeriksaannya yang lama atau jumlah petugas yang kurang atau penumpangnya yang sedang banyak, ketika paspor saya di berikan cap tanda bertolak, waktu sudah menunjukkan pukul 07.  Teman kami, Leo dan Janti sudah terlebih dahulu selesai dan saya meminta mereka untuk jalan duluan. (mereka antri di barisan yang berbeda dengan kami berempat).  

Dalam perjalanan menuju boarding gate saya bersyukur karena tadi sempat mengganti high heels ke sendal, karena ternyataaaaa jauh sekali, dan karena saking terburu-burunya kami melewatkan papan petunjuk menuju ruang tunggu kami.  Setibanya saya dan Oi di ruang tunggu, kami mendapati ruang tunggu itu kosong dan hanya ada dua orang petugas dan satu penumpang yang terlambat juga.  Ketika kami bertanya kepada petugas, dan sangat disayangkan tidak lancar berbahasa Inggris, mereka hanya menjawab, "it's closed".

Diantara rasa mau pingsan dan dicampur rasa menahan hendak ingin buang air kecil, saya melirik ke jam di tangan saya, yang menunjukkan jam 07:15  Lalu berpaling ke penumpang yang bukan teman saya itu, saya lihat paspornya Thailand.  Saya ajak dia berbicara, untuk bisa menyampaikan ke petugas yang tidak kompeten itu bahwa kesalahan tidak pada kami, tapi karena pemeriksaan paspor yang begitu lama, dan bla bla bla....  Pada saat saya berbicara dengan orang Thailand itu, teman saya Lindri pun sibuk mengoceh panjang kali lebar dengan kedua petugas Air Asia.  Singkat cerita, ketika saya di toilet, teman saya memanggil, "Ra, cepetan".  Rupanya petugas Air Asia itu masih punya hati nurani, kami diantar ke pesawat melalui landasan menggunakan mobil operasional bandara.  Setibanya di dalam pesawat, semua mata memandang kami.   Dalam hatiku, "maaf, tapi ini tidak semuanya kesalahan kami".  Akhirnya lega sudah, bisa duduk di dalam  pesawat, kalau tidak kami harus membeli tiket lagi untuk pulang langsung ke Jakarta. 

So long Bangkok.........