25 Feb 2010

cita rasa Bangkok

...sambungan Phang Nga Bay


Setelah 1 jam dan 20 menit penerbangan, akhirnya kami tiba di bandara Suvarnabhumi, Bangkok.  Bandaranya luas, besar dan megah. Cukup jauh untuk menemukan posisi bagage claim dan kami pun harus menunggu cukup lama untuk mengambil bagasi, kami tiba jam 8 malam dan baru mendapatkan bagasi sekitar  jam 9, yang artinya jemputan dari  bangkoktransferservice telah menunggu kami selama 1 jam. Kami semua setuju untuk menggunakan jasa antar jemput, bandara-hotel-bandara mengingat kami tiba pada malam hari, dan akan pulang pada pagi hari,  juga karena banyaknya barang bawaan alias koper.  Untuk sekali perjalanan dikenakan biaya sebesar 1100 bath, untuk maksimal kapasitas sekitar 10 orang.  Jenis kendaraan disesuaikan dengan keinginan dan/atau banyaknya jumlah orang, kendaraan kami minivan commuter Toyota.

 
 menuju parkiran

Dalam perjalanan menuju hostel, ditengah perjalanan kendaraan kami dihentikan oleh Polisi.  Kami beranggapan bahwa sedang ada pemeriksaan rutin atau razia.  Tenang pasti nanti kita akan segera dilepas setelah mengetahui bahwa kami turis, pikirku.  Tapi ternyata kenyataannya berbeda, mereka meminta paspor kami, sebagai identitas tentunya, dan meminta kami untuk turun dari kendaraan.  Langsung saya mengingatkan teman-teman saya untuk membawa turun tas tangan mereka untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan terjadi. Akhirnya kami diijinkan untuk meneruskan perjalanan, dalam sisa perjalanan itu kami bertanya ke Supir "ada apa? apakah sedang ada yang dicari atau bagaimana?" ternyata jawabannya "Polisi disini biasa itu, kalo melihat kendaraan plat kuning (bener gak ya kuning), pasti minta jatah". Kami pun bertanya "jadi Anda memberikan sesuatu kepada Polisi tadi?. Supir itu pun menjawab, "tenang saja, saya tidak mau, karena saya tidak salah", dan Ia pun langsung menghubungi kantornya untuk melaporkan kejadian yang baru saja Ia alami. Ah, ternyata...!!!

 
 interior di Wild Orchid Villa

Setelah sekitar hampir 1 jam (mustinya bisa 35 menit saja kalo tidak ada insiden di atas) kami sampai di wildorchidvilla tempat kami akan menginap selama 2 malam.

 suasana di Wild Orchid Villa

Hostel ini merupakan salah satu hostel yang letaknya dekat dengan khaosanroad yang terkenal diantara para backpacker.  Ia terletak di pusat kota Bangkok, hanya 3 menit untuk sampai ke Khao San road yang dapat dicapai dengan berjalan kaki, bahkan ke Grand Palace, Emerald Budha, Wat Pho dan Sungai Chao Phraya.

Tiba di hostel, saya memberikan selembar kertas yang berisikan pesanan kamar online kami kepada resepsionis,  lalu resepsionisnya menawarkan saya untuk masuk ke kamar terlebih dahulu baru nanti turun untuk melakukan pembayaran dan pendataan.

Namanya juga hostel, jadi tidak ada yang namanya LIFT.  Saat kunci kamar diserahkan kami baru  tahu, ternyata ada 2 kamar yang di lantai 3 (twin bed), 1 kamar di lantai 4 dan 5 (double bed).  Kenapa gak bisa satu lantai saja bareng-bareng ya???  Saya memilih yang dilantai 3, wah kebayang donk capeknya saya, karena saya bawa koper bukan tas ransel, apalagi koper saya sudah bertambah beratnya, hehehe....Sampai kamar saya langsung cek kamar mandi, ternyata air panasnya berfungsi, syukurlah, bisa dikatakan luas kamar hostel di Bangkok ini lebih kecil dari yang kami tempati di Phuket.  Pada saat hendak menyalakan pendingin ruangan, kami berdua bingung, kok gak bisa? mana remotenya? Tanya ke kamar sebelah, tanya ke kamar atas, semuanya sama, tidak ada remote.  Akhirnya saya turun ke lantai 1, dan dibenarkan bahwa remote AC baru akan diberikan pada saat kami sudah memberikan data-data kami.  Naik lagi saya ke setiap lantai dan kamar untuk mengambil paspor dan berjanji untuk bertemu kembali di lobi hotel 45 menit kemudian

Mereka mengharuskan adanya uang deposit sebesar 1000 bath atau meninggalkan paspor sebagai jaminan.  Tadinya saya ragu untuk menjadikan paspor sebagai jaminan, namun dia menyakinkan saya bahwa banyak yang melakukannya sambil membuka laci yang penuh dengan paspor (diberikan tanda terima), untuk setiap 1 kamar dijaminkan 1 paspor.

Setelah pembayaran kamar, saya baru bisa istirahat, mandi dan segar kembali, seperti biasa  tidak terasa lagi capeknya, hahaha......itu saya,  tapi kalo teman-teman saya sih maunya langsung tidur.  Saya bilang, kalo mau tidur di Jakarta saja, kita cuma punya waktu sedikit di Bangkok. Akhirnya mereka setuju karena memang sudah lapar juga.  Bayangkan terakhir kali makan berarti pada saat di atas kapal di laut Andaman.  (kalo saya sih, sudah makan di dalam pesawat, nasi lemak dan milo).

makan malam pertama di Bangkok

Sebelum keluar hostel, tanya arah ke jalan Khao San dulu, sama resepsionis.  Hostel ini juga memiliki banyak brosur dan peta yang bisa dilihat ditempat.  Keluar dari hostel belok kanan, belok kiri, kanan lagi, lalu lurus saja, sampe degh.  Sepanjang perjalanan, saya sambil menikmati suasananya dan mencari-cari mana kira-kira tempat makan yang halal.  Ternyata rada susah booo....Lalu kami memutuskan untuk makan  di depan Barlamphu, karena aroma masakannya yang sedap, sedangkan Barlamphunya sendiri  ada live music, suara penyanyinya bagus.  Gak nyesel juga makan disini...hehehe.....

Barlamphu

mejeng dolo

Pagi berikutnya, jam 8 kami semua siap untuk berkeliling Bangkok.  Ya minimal, yang wajib dilihat selama di Bangkok lah, hehehe....  Waktu kami cuma 1 hari ini saja.  Otomatis tempat pertama yang kami kunjungi yaitu Grand Palace, karena cuma berjarak 900 meter dari tempat kami menginap.  Dapat ditempuh dengan berjalan kaki, tapi karena ingin mencoba naik tuk tuk, ya sudahlah, kami naik tuk tuk.  Masuk ke Grand Palace, dikenakan biaya 350 bath.  Lanjut ke Wat Pho, yang jaraknya berdekatan, bayar 50 bath untuk bisa melihat Sleeping Budha.  Ternyata apa yang sering saya baca di salah satu milis yang saya ikuti, benar adanya, kalau banyak sekali calo/supir tuk tuk di luar Wat Pho, yang mengatakan, "Wat Pho tutup, karena ini hari minggu", tapi saya tidak mengubrisnya.  Benar saja, sesampainya di loket pintu masuk, terpampang dengan jelas kalau Wat Pho buka setiap hari, dari jam 08:00-18:00.

naik tuk tuk ke Grand Palace, 100 bath

 
mejeng di depan The Chakri Maha Prasat Hall


The upper terrace of Grand Palace

  
mejeng di depan Sleeping Budha, Wat Pho

Tujuan kami berikutnya adalah Wat Arun, sebenarnya ingin sekali melihat Wat Arun pada saat fajar atau senja, karena sesuai nama lain dari Wat Arun itu, Temple of the dawn.   Refleksi cahaya yang dipantulkan katanya sih cantik, tapi mengingat waktu yang terbatas.  Ya sudahlah, menjelang waktu makan siang kami menuju Wat Arun.  Dari Wat Pho ke dermaga menuju Wat Arun kami naik taksi, bayar 80 bath.  Untuk sampai ke dermaga, kami melewati pasar, yang banyak menjajakan makanan.  Ah, jadi lapar, kebetulan sudah waktunya makan siang. Pas di pinggir sungai Chao Phraya, sebelum loket masuk untuk naik perahu, kami melihat ada tempat makan yang ramai dan aroma masakannya harum sekali.  Seperti biasa, akhirnya kami makan siang disini. Ongkos untuk menyebrangi sungai, 3 bath.


maksi sebelum menyebrang ke Wat Arun


Wat Arun (Temple of the Dawn)

Kami tak lama di Wat Arun karena masih gerimis, tapi tetep bo kalo buat foto-foto sih, gak boleh terlewatkan.

di depan Wat Arun
Tujuan kami berikutnya adalah kawasan belanja, yang pertama akan kami tuju yaitu Chatuchak Market, kebetulan hari sabtu, pas banget.  Pasar ini cuma buka hari sabtu dan minggu, sesuai nama lainnya Weekend Market.  Setelah kembali menyebrangi sungai Chao Phraya, kami kembali naik tuk tuk menuju stasiun BTS skytrain National Stadium.  Kami sempat salah arah, maklum wong ndeso, hehehe....Seharusnya kami turun di Siam untuk ganti jalur ke Sukhumvit Line, lalu turun di Mochit.  Untuk menuju pasar ini, bisa juga naik MRT subway yang juga dikenal dengan Bangkok Metro, turun di Khampaeng Phet.


Chatuchak Market


siapa yang laper...?

 

  
mejeng di depan HRC Bangkok

  
mal Ma Boon Krong yang wajib dikunjungi

  
Khao San Road

  
simpati untuk Haiti

 
makan sup ayam

  
Red District, Patpong

Nina dan saya ngobrol ngalor ngidul, kesana kemari sambil merapikan barang-barang ke dalam koper, tanpa terasa waktu berlalu dan kami tersadar kalau waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 dini hari, padahal seharusnya jam 4 pagi saya sudah harus bangun dan siap-siap.  Lain halnya dengan Nina, dia santai karena penerbangannya jam 5 sore. Akhirnya saya minum sebutir ctm dan memasang alarm tepat pukul 04:00 pagi. 

Tiba-tiba alarm sudah berbunyi saja........yang herannya saya langsung terbangun dan merasa segar (memang beda banget aura liburan itu, bawaannya semangat terus....hihihihi....).  Sebelum mandi saya langsung keluar kamar dan naik ke lantai 4 dan 5, untuk memastikan kalau teman-teman sudah terbangun. Lalu kembali ke kamar, mandi, say goodbye to Nina dan menurunkan koper dari lantai 3 ke lobbi.

Rupanya jemputan kami sudah datang, mereka tepat waktu, mengingat penerbangan kami menuju Singapore jam 07:05 pagi.  Sambil menunggu yang lain, saya ke resepsionis untuk mengambil kembali paspor-paspor yang dijadikan jaminan. Waktunya berpisah dengan hostel, mari bergaya di pagi buta....... :D


pagi-pagi bergaye

di antara kantuk dan kamera

 
bandara Suvarnabhumi jam 5 pagi

Sambil menunggu antrian yang cukup panjang di konter Air Asia, kami pun bergaya.  Ternyata kami harus membayar kelebihan berat bagasi sebesar 400 bath.  Setelah mendapatkan boarding pass masing-masing, saya yang tadinya sudah memakai high heels, langsung menggantinya dengan sendal jepit hijau Hush Puppies, entah kenapa.  Mulai mencari pintu masuk menuju pemeriksaan paspor, ternyata ada dua tempat pemeriksaan, Air Asia masuk di pintu E. 

Saat masuk ke tempat pemeriksaan paspor, antriannya sudah panjang, karena disekat dan banyaknya penumpang yang hendak ke luar dari Bangkok, it was crowded, membuat tempat itu terlihat sempit dan tidak nyaman.  Entah pemeriksaannya yang lama atau jumlah petugas yang kurang atau penumpangnya yang sedang banyak, ketika paspor saya di berikan cap tanda bertolak, waktu sudah menunjukkan pukul 07.  Teman kami, Leo dan Janti sudah terlebih dahulu selesai dan saya meminta mereka untuk jalan duluan. (mereka antri di barisan yang berbeda dengan kami berempat).  

Dalam perjalanan menuju boarding gate saya bersyukur karena tadi sempat mengganti high heels ke sendal, karena ternyataaaaa jauh sekali, dan karena saking terburu-burunya kami melewatkan papan petunjuk menuju ruang tunggu kami.  Setibanya saya dan Oi di ruang tunggu, kami mendapati ruang tunggu itu kosong dan hanya ada dua orang petugas dan satu penumpang yang terlambat juga.  Ketika kami bertanya kepada petugas, dan sangat disayangkan tidak lancar berbahasa Inggris, mereka hanya menjawab, "it's closed".

Diantara rasa mau pingsan dan dicampur rasa menahan hendak ingin buang air kecil, saya melirik ke jam di tangan saya, yang menunjukkan jam 07:15  Lalu berpaling ke penumpang yang bukan teman saya itu, saya lihat paspornya Thailand.  Saya ajak dia berbicara, untuk bisa menyampaikan ke petugas yang tidak kompeten itu bahwa kesalahan tidak pada kami, tapi karena pemeriksaan paspor yang begitu lama, dan bla bla bla....  Pada saat saya berbicara dengan orang Thailand itu, teman saya Lindri pun sibuk mengoceh panjang kali lebar dengan kedua petugas Air Asia.  Singkat cerita, ketika saya di toilet, teman saya memanggil, "Ra, cepetan".  Rupanya petugas Air Asia itu masih punya hati nurani, kami diantar ke pesawat melalui landasan menggunakan mobil operasional bandara.  Setibanya di dalam pesawat, semua mata memandang kami.   Dalam hatiku, "maaf, tapi ini tidak semuanya kesalahan kami".  Akhirnya lega sudah, bisa duduk di dalam  pesawat, kalau tidak kami harus membeli tiket lagi untuk pulang langsung ke Jakarta. 

So long Bangkok.........

Yang belum sempat saya lihat:
1. Bangunan dari kayu jati terbesar di dunia, Vimanmek Mansion
2. Patung Budha dari 5,5 ton emas murni, Wat Traimit
3. Dinner cruise di Chao Phraya
4. Jim Thompson's house
5. Chinatown
6. Pertunjukan Siam Niramit
7. Toko yang pernah diulas di Vogue: "it's happened to be a closet"
8. Pasar Terapung, Damnoen Saduak (di luar kota Bangkok)/Thaling Chan
9. Ayutthaya


No comments: