25 Feb 2010

cita rasa Bangkok

...sambungan Phang Nga Bay


Setelah 1 jam dan 20 menit penerbangan, akhirnya kami tiba di bandara Suvarnabhumi, Bangkok.  Bandaranya luas, besar dan megah. Cukup jauh untuk menemukan posisi bagage claim dan kami pun harus menunggu cukup lama untuk mengambil bagasi, kami tiba jam 8 malam dan baru mendapatkan bagasi sekitar  jam 9, yang artinya jemputan dari  bangkoktransferservice telah menunggu kami selama 1 jam. Kami semua setuju untuk menggunakan jasa antar jemput, bandara-hotel-bandara mengingat kami tiba pada malam hari, dan akan pulang pada pagi hari,  juga karena banyaknya barang bawaan alias koper.  Untuk sekali perjalanan dikenakan biaya sebesar 1100 bath, untuk maksimal kapasitas sekitar 10 orang.  Jenis kendaraan disesuaikan dengan keinginan dan/atau banyaknya jumlah orang, kendaraan kami minivan commuter Toyota.

 
 menuju parkiran

Dalam perjalanan menuju hostel, ditengah perjalanan kendaraan kami dihentikan oleh Polisi.  Kami beranggapan bahwa sedang ada pemeriksaan rutin atau razia.  Tenang pasti nanti kita akan segera dilepas setelah mengetahui bahwa kami turis, pikirku.  Tapi ternyata kenyataannya berbeda, mereka meminta paspor kami, sebagai identitas tentunya, dan meminta kami untuk turun dari kendaraan.  Langsung saya mengingatkan teman-teman saya untuk membawa turun tas tangan mereka untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan terjadi. Akhirnya kami diijinkan untuk meneruskan perjalanan, dalam sisa perjalanan itu kami bertanya ke Supir "ada apa? apakah sedang ada yang dicari atau bagaimana?" ternyata jawabannya "Polisi disini biasa itu, kalo melihat kendaraan plat kuning (bener gak ya kuning), pasti minta jatah". Kami pun bertanya "jadi Anda memberikan sesuatu kepada Polisi tadi?. Supir itu pun menjawab, "tenang saja, saya tidak mau, karena saya tidak salah", dan Ia pun langsung menghubungi kantornya untuk melaporkan kejadian yang baru saja Ia alami. Ah, ternyata...!!!

 
 interior di Wild Orchid Villa

Setelah sekitar hampir 1 jam (mustinya bisa 35 menit saja kalo tidak ada insiden di atas) kami sampai di wildorchidvilla tempat kami akan menginap selama 2 malam.

 suasana di Wild Orchid Villa

Hostel ini merupakan salah satu hostel yang letaknya dekat dengan khaosanroad yang terkenal diantara para backpacker.  Ia terletak di pusat kota Bangkok, hanya 3 menit untuk sampai ke Khao San road yang dapat dicapai dengan berjalan kaki, bahkan ke Grand Palace, Emerald Budha, Wat Pho dan Sungai Chao Phraya.

Tiba di hostel, saya memberikan selembar kertas yang berisikan pesanan kamar online kami kepada resepsionis,  lalu resepsionisnya menawarkan saya untuk masuk ke kamar terlebih dahulu baru nanti turun untuk melakukan pembayaran dan pendataan.

Namanya juga hostel, jadi tidak ada yang namanya LIFT.  Saat kunci kamar diserahkan kami baru  tahu, ternyata ada 2 kamar yang di lantai 3 (twin bed), 1 kamar di lantai 4 dan 5 (double bed).  Kenapa gak bisa satu lantai saja bareng-bareng ya???  Saya memilih yang dilantai 3, wah kebayang donk capeknya saya, karena saya bawa koper bukan tas ransel, apalagi koper saya sudah bertambah beratnya, hehehe....Sampai kamar saya langsung cek kamar mandi, ternyata air panasnya berfungsi, syukurlah, bisa dikatakan luas kamar hostel di Bangkok ini lebih kecil dari yang kami tempati di Phuket.  Pada saat hendak menyalakan pendingin ruangan, kami berdua bingung, kok gak bisa? mana remotenya? Tanya ke kamar sebelah, tanya ke kamar atas, semuanya sama, tidak ada remote.  Akhirnya saya turun ke lantai 1, dan dibenarkan bahwa remote AC baru akan diberikan pada saat kami sudah memberikan data-data kami.  Naik lagi saya ke setiap lantai dan kamar untuk mengambil paspor dan berjanji untuk bertemu kembali di lobi hotel 45 menit kemudian

Mereka mengharuskan adanya uang deposit sebesar 1000 bath atau meninggalkan paspor sebagai jaminan.  Tadinya saya ragu untuk menjadikan paspor sebagai jaminan, namun dia menyakinkan saya bahwa banyak yang melakukannya sambil membuka laci yang penuh dengan paspor (diberikan tanda terima), untuk setiap 1 kamar dijaminkan 1 paspor.

Setelah pembayaran kamar, saya baru bisa istirahat, mandi dan segar kembali, seperti biasa  tidak terasa lagi capeknya, hahaha......itu saya,  tapi kalo teman-teman saya sih maunya langsung tidur.  Saya bilang, kalo mau tidur di Jakarta saja, kita cuma punya waktu sedikit di Bangkok. Akhirnya mereka setuju karena memang sudah lapar juga.  Bayangkan terakhir kali makan berarti pada saat di atas kapal di laut Andaman.  (kalo saya sih, sudah makan di dalam pesawat, nasi lemak dan milo).

makan malam pertama di Bangkok

Sebelum keluar hostel, tanya arah ke jalan Khao San dulu, sama resepsionis.  Hostel ini juga memiliki banyak brosur dan peta yang bisa dilihat ditempat.  Keluar dari hostel belok kanan, belok kiri, kanan lagi, lalu lurus saja, sampe degh.  Sepanjang perjalanan, saya sambil menikmati suasananya dan mencari-cari mana kira-kira tempat makan yang halal.  Ternyata rada susah booo....Lalu kami memutuskan untuk makan  di depan Barlamphu, karena aroma masakannya yang sedap, sedangkan Barlamphunya sendiri  ada live music, suara penyanyinya bagus.  Gak nyesel juga makan disini...hehehe.....

Barlamphu

mejeng dolo

Pagi berikutnya, jam 8 kami semua siap untuk berkeliling Bangkok.  Ya minimal, yang wajib dilihat selama di Bangkok lah, hehehe....  Waktu kami cuma 1 hari ini saja.  Otomatis tempat pertama yang kami kunjungi yaitu Grand Palace, karena cuma berjarak 900 meter dari tempat kami menginap.  Dapat ditempuh dengan berjalan kaki, tapi karena ingin mencoba naik tuk tuk, ya sudahlah, kami naik tuk tuk.  Masuk ke Grand Palace, dikenakan biaya 350 bath.  Lanjut ke Wat Pho, yang jaraknya berdekatan, bayar 50 bath untuk bisa melihat Sleeping Budha.  Ternyata apa yang sering saya baca di salah satu milis yang saya ikuti, benar adanya, kalau banyak sekali calo/supir tuk tuk di luar Wat Pho, yang mengatakan, "Wat Pho tutup, karena ini hari minggu", tapi saya tidak mengubrisnya.  Benar saja, sesampainya di loket pintu masuk, terpampang dengan jelas kalau Wat Pho buka setiap hari, dari jam 08:00-18:00.

naik tuk tuk ke Grand Palace, 100 bath

 
mejeng di depan The Chakri Maha Prasat Hall


The upper terrace of Grand Palace

  
mejeng di depan Sleeping Budha, Wat Pho

Tujuan kami berikutnya adalah Wat Arun, sebenarnya ingin sekali melihat Wat Arun pada saat fajar atau senja, karena sesuai nama lain dari Wat Arun itu, Temple of the dawn.   Refleksi cahaya yang dipantulkan katanya sih cantik, tapi mengingat waktu yang terbatas.  Ya sudahlah, menjelang waktu makan siang kami menuju Wat Arun.  Dari Wat Pho ke dermaga menuju Wat Arun kami naik taksi, bayar 80 bath.  Untuk sampai ke dermaga, kami melewati pasar, yang banyak menjajakan makanan.  Ah, jadi lapar, kebetulan sudah waktunya makan siang. Pas di pinggir sungai Chao Phraya, sebelum loket masuk untuk naik perahu, kami melihat ada tempat makan yang ramai dan aroma masakannya harum sekali.  Seperti biasa, akhirnya kami makan siang disini. Ongkos untuk menyebrangi sungai, 3 bath.


maksi sebelum menyebrang ke Wat Arun


Wat Arun (Temple of the Dawn)

Kami tak lama di Wat Arun karena masih gerimis, tapi tetep bo kalo buat foto-foto sih, gak boleh terlewatkan.

di depan Wat Arun
Tujuan kami berikutnya adalah kawasan belanja, yang pertama akan kami tuju yaitu Chatuchak Market, kebetulan hari sabtu, pas banget.  Pasar ini cuma buka hari sabtu dan minggu, sesuai nama lainnya Weekend Market.  Setelah kembali menyebrangi sungai Chao Phraya, kami kembali naik tuk tuk menuju stasiun BTS skytrain National Stadium.  Kami sempat salah arah, maklum wong ndeso, hehehe....Seharusnya kami turun di Siam untuk ganti jalur ke Sukhumvit Line, lalu turun di Mochit.  Untuk menuju pasar ini, bisa juga naik MRT subway yang juga dikenal dengan Bangkok Metro, turun di Khampaeng Phet.


Chatuchak Market


siapa yang laper...?

 

  
mejeng di depan HRC Bangkok

  
mal Ma Boon Krong yang wajib dikunjungi

  
Khao San Road

  
simpati untuk Haiti

 
makan sup ayam

  
Red District, Patpong

Nina dan saya ngobrol ngalor ngidul, kesana kemari sambil merapikan barang-barang ke dalam koper, tanpa terasa waktu berlalu dan kami tersadar kalau waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 dini hari, padahal seharusnya jam 4 pagi saya sudah harus bangun dan siap-siap.  Lain halnya dengan Nina, dia santai karena penerbangannya jam 5 sore. Akhirnya saya minum sebutir ctm dan memasang alarm tepat pukul 04:00 pagi. 

Tiba-tiba alarm sudah berbunyi saja........yang herannya saya langsung terbangun dan merasa segar (memang beda banget aura liburan itu, bawaannya semangat terus....hihihihi....).  Sebelum mandi saya langsung keluar kamar dan naik ke lantai 4 dan 5, untuk memastikan kalau teman-teman sudah terbangun. Lalu kembali ke kamar, mandi, say goodbye to Nina dan menurunkan koper dari lantai 3 ke lobbi.

Rupanya jemputan kami sudah datang, mereka tepat waktu, mengingat penerbangan kami menuju Singapore jam 07:05 pagi.  Sambil menunggu yang lain, saya ke resepsionis untuk mengambil kembali paspor-paspor yang dijadikan jaminan. Waktunya berpisah dengan hostel, mari bergaya di pagi buta....... :D


pagi-pagi bergaye

di antara kantuk dan kamera

 
bandara Suvarnabhumi jam 5 pagi

Sambil menunggu antrian yang cukup panjang di konter Air Asia, kami pun bergaya.  Ternyata kami harus membayar kelebihan berat bagasi sebesar 400 bath.  Setelah mendapatkan boarding pass masing-masing, saya yang tadinya sudah memakai high heels, langsung menggantinya dengan sendal jepit hijau Hush Puppies, entah kenapa.  Mulai mencari pintu masuk menuju pemeriksaan paspor, ternyata ada dua tempat pemeriksaan, Air Asia masuk di pintu E. 

Saat masuk ke tempat pemeriksaan paspor, antriannya sudah panjang, karena disekat dan banyaknya penumpang yang hendak ke luar dari Bangkok, it was crowded, membuat tempat itu terlihat sempit dan tidak nyaman.  Entah pemeriksaannya yang lama atau jumlah petugas yang kurang atau penumpangnya yang sedang banyak, ketika paspor saya di berikan cap tanda bertolak, waktu sudah menunjukkan pukul 07.  Teman kami, Leo dan Janti sudah terlebih dahulu selesai dan saya meminta mereka untuk jalan duluan. (mereka antri di barisan yang berbeda dengan kami berempat).  

Dalam perjalanan menuju boarding gate saya bersyukur karena tadi sempat mengganti high heels ke sendal, karena ternyataaaaa jauh sekali, dan karena saking terburu-burunya kami melewatkan papan petunjuk menuju ruang tunggu kami.  Setibanya saya dan Oi di ruang tunggu, kami mendapati ruang tunggu itu kosong dan hanya ada dua orang petugas dan satu penumpang yang terlambat juga.  Ketika kami bertanya kepada petugas, dan sangat disayangkan tidak lancar berbahasa Inggris, mereka hanya menjawab, "it's closed".

Diantara rasa mau pingsan dan dicampur rasa menahan hendak ingin buang air kecil, saya melirik ke jam di tangan saya, yang menunjukkan jam 07:15  Lalu berpaling ke penumpang yang bukan teman saya itu, saya lihat paspornya Thailand.  Saya ajak dia berbicara, untuk bisa menyampaikan ke petugas yang tidak kompeten itu bahwa kesalahan tidak pada kami, tapi karena pemeriksaan paspor yang begitu lama, dan bla bla bla....  Pada saat saya berbicara dengan orang Thailand itu, teman saya Lindri pun sibuk mengoceh panjang kali lebar dengan kedua petugas Air Asia.  Singkat cerita, ketika saya di toilet, teman saya memanggil, "Ra, cepetan".  Rupanya petugas Air Asia itu masih punya hati nurani, kami diantar ke pesawat melalui landasan menggunakan mobil operasional bandara.  Setibanya di dalam pesawat, semua mata memandang kami.   Dalam hatiku, "maaf, tapi ini tidak semuanya kesalahan kami".  Akhirnya lega sudah, bisa duduk di dalam  pesawat, kalau tidak kami harus membeli tiket lagi untuk pulang langsung ke Jakarta. 

So long Bangkok.........

23 Feb 2010

Phang Nga Bay (James Bond Island, canoeing trip)

Hari ketiga di Phuket, sesuai dengan jadwal tur kami ke Phang Nga Bay, seperti halnya kemarin, kami pun dijadwalkan untuk dijemput jam 8 pagi, tapi karena cowok-cowok itu lelet (ayo yang ngerasa ngacung) kami dijemput lagi jam 8 lewat (sempat khawatir kalo dianggap tidak ada dan ditinggal).  Sambil mengunggu, kami check out dan menitipkan koper-koper kami di resepsionis, untuk dijemput oleh Jctour jam 3 sore. 

Perjalanan menuju dermaga dari tempat kami menginap melalui rute yang sama, hanya saja kalau ke Phi Phi Island kami harus belok ke kiri nah hari ini kami belok ke arah sebaliknya di persimpangan jalan tersebut (lupa namanya, maaf).

Sesampainya di dermaga, kami langsung dikumpulkan untuk mendengarkan pengarahan singkat dan diberikan sticker berwarna pink bertuliskan TONY dan harus ditempelkan dibaju masing-masing.  Lalu kami naik ke kendaraan semacam tuktuk, perjalanan sekitar 2 menit dan langsung antri untuk naik ke kapal (ferry/big boat).  Pada saat naik ke kapal kami disuruh bergaya karena memang akan difoto dan fotonya nanti dapat diambil pada saat mau pulang, dengan harga 100 bath per foto.
yang kami sebut Tuk Tuk

bergaya sambil menunggu penumpang lain naik

 
smile

 menuju Bat Cave

Selama di dalam Bat Cave saya sebisa mungkin menahan napas karena ternyata bau sekali....Jadi kami difasilitasi sebuah senter untuk mencari kira-kira dimana lokasi para pemakan buah-buahan yang beraktifitas pada malam hari itu tidur. 

 
penerangan senter


si pemakan buah-buahan

 
naik turun kapal untuk canoeing

di dalam Diamond Cave

Entah fenomena alam apa yang terjadi, tapi batu-batu di dalam Diamond Cave itu cantik.  Untunglah dengan penerangan senter yang seadanya itu, saya bisa mengabadikan batu cantik itu bersama kami. 

 
makan siang di atas kapal

naik a long-tail boat
 
 @ James Bond Island

Jadi selama perjalanan kami naik turun dari kapal dan pindah ke canoe agar kami bisa menjelajah masuk ke Bat Cave, Diamond Cave, dll.  Sedangkan untuk menuju ke Pulau James Bond, kami naik a long-tail boat.  Di James Bond terdapat toko-toko kecil yang menjual suvenir dan mutiara.  Waktu yang diberikan di setiap tempat berbeda-beda, ada yang hanya 30 menit namun ada pula yang hampir 1 jam, yaitu di titik terakhir, Lawa Island.   

Di sini,  diberikan kesempatan bagi siapa saja yang mau mendayung canoe (self padling) atau berenang ke pulau terdekat, karena kapal tidak bersandar di pantai.  Kami memutuskan untuk beristirahat saja di atas kapal, mengingat kami harus langsung ke bandara  untuk mengejar penerbangan kami pada pukul 18.45 sore itu juga menuju Bangkok.  Dalam perjalanan pulang, pihak tur memberikan hiburan kepada kami yang telah kelelahan dengan memutar musik dan memunculkan ladyboys ala mereka.

 
a little entertainment

Setibanya kami di dermaga kami langsung menemukan van JcTour yang telah memuat koper-koper kami.  Badan rasanya lengket sekali waktu itu, gerah, tapi tidak sempat untuk mandi. 

Sesampainya di bandara, kami langsung antri di konter Air Asia, pemeriksaan paspor dan setelah masuk ke ruang tunggu, ternyata kami masih memiliki waktu sekitar 30 menit lagi.  Tanpa banyak pikir saya langsung, menuju kamar kecil, untuk menyegarkan badan dan berganti pakaian. 


bersambung...

22 Feb 2010

Phi Phi Island

Hari kedua...

Tepat jam 8 pagi kami dijemput oleh tur, lalu ke Sea Blue Guest House, menjemput beberapa teman kami yang menginap di sana,

 
mejeng depan Sea Blue Guest House

lalu kami juga menjemput 2 orang bule di Phuket Town, sehingga ada 14 orang dalam van yang kami tumpangi.

Dalam perjalanan menuju dermaga kami melewati deretan rumah-rumah yang telah dibangun kembali setelah gelombang tsunami yang mengikis dan menyapu Phuket tahun 2004 silam. Sayang fotonya blur.

Sebelum naik ke speedboat, tour guide kami memperkenalkan diri dan memberikan pengarahan singkat mengenai apa yang boleh dan tidak dilakukan selama perjalanan.

 Miss Tanya

Namanya Tanya dan dia meyakinkan kami semua untuk tidak pernah melupakan muka dan namanya, atau akan ditinggal. *lol*  Karena kami akan sering naik turun speedboat untuk berhenti di satu tempat selama 30-45 menit bahkan 1 jam. 

 
formasi lengkap  

Dalam paket tur ini, kami mendapatkan welcome drink di dermaga, alat snorkeling, life jacket, makan siang, minuman selama perjalanan namun tidak untuk fin, tapi cukup membayar 100 bath untuk menyewanya.

 
gaya sebelum berangkat  

 
akhirnya sampai juga di Maya Bay

Setelah perjalanan yang saya lupa persisnya berapa lama itu, kami tiba di Maya Bay, yang merupakan salah satu lokasi syuting film yang di bintangi oleh Leonardo Dicaprio, tahun 2000 'the beach' .

  
snorkeling time

 Makan siang di Phi Phi Don

Setelah lelah, bersnorkeling ria di Hin Klang (mudah-mudahan gak salah nama tempat), kami diantar untuk makan siang di Phi Phi Don, makanannya enak, sesuai dengan selera kami semua.  Disekitar tempat makan ini ada toko-toko kecil yang menjual baju-baju atau suvenir lainnya yang bertuliskan Phi Phi Island.


 
ikan-ikan di Khai Island berebutan roti  

bersantai di Khai Island

Tanpa terasa waktu 45 menit di Khai Island, yang diberikan berlalu sudah, dan kami harus berkumpul segera pada saat miss Tanya, meneriakkan "pink team".  Ternyata, minuman dan buah-buahan segar telah tersedia dan tidak lama setelah itu, kami pun kembali ke speedboat. 

Sampai di dermaga, mereka menawarkan foto-foto kami seharga 100 bath, yang mereka ambil pada saat kami hendak naik ke kapal.  Kebetulan foto saya hasilnya lagi ok, jadi saya ambil degh, *wink.


bersambung ke hari ketiga...

Phuket

Akhirnya tiket yang telah di pesan dari jauh hari itu, terpakai juga...Ya, bulan  Januari 2010 kemarin akhirnya saya dan teman-teman menginjakkan kaki kami di Phuket.  Tiba disana jam 14.10 (tidak ada perbedaan waktu tentunya) dan setelah pemeriksaan paspor oleh Imigrasi Phuket, pengambilan bagasi dan brosur-brosur tentang Phuket, plus mendapatkan sim card dari operator selular lokal, kami bertemu dengan perwakilan dari tur yang menjemput kami. Ah senangnya...tidak harus repot-repot lagi memikirkan bagaimana cara untuk sampai ke penginapan kami.
 
Baru saja saya mau duduk di dalam van commuter yang nyaman itu, saya
teringat teman saya, Nina, yang juga akan bergabung dengan kami , sudah tiba di Phuket  sejak jam 13.00 dari Kuala Lumpur.  Wah, saya harus mencarinya, berdua dengan Leo, saya mencari Nina kesana-kemari, terima kasih untuk kartu Mentari yang tidak dapat dipakai, padahal katanya bisa otomatis internasional roaming.  Saya ganti ke kartu Simpati dan langsung aktif hingga singkat cerita bisa menghubungi Nina dan kami pun bertemu.

Dalam perjalanan menuju hostel, karena kami telah memesan 2 paket tur, maka kami diberikan city tour gratis oleh Jctour-phuket. Namun karena waktu yang terbuang cukup banyak maka kami tidak sempat untuk melihat-lihat ke Cashew Nut factory dan Big Budha, tapi menyempatkan diri untuk mampir ke Wat Chalong, melihat-lihat kota Phuket dan mampir ke Phromthep Cape menunggu sunset tiba.

sunset di Phromthep Cape

Dalam perjalanan ke hostel, kami melakukan pembayaran kepada Ms. Khai, untuk tur yang sudah saya pesan lewat internet. Sekitar jam 7 malam, kami sampai di Sea Front Home,  tempat dimana kami akan tinggal selama 3 malam.

 
peta Sea Front Home

Saya  sengaja memilih tinggal di daerah Patong karena lebih dekat dengan jalan Bangla, walaupun sebenarnya harga penginapan di kota Phuket lebih murah.  Di kota Phuket terdapat hotel On On, yang pernah digunakan oleh Leonardo Dicaprio dalam film the beach.

Saya memesan kamar melalui Sawadee, karena itu mereka meminta pembayaran langsung secara online dalam hitungan 1x24 jam setelah pemesanan.  Setelah pembagian kamar, bongkar koper, istirahat sebentar lalu mandi, akhirnya semangat pun terkumpul kembali. Saatnya mencari makan malam sambil mencari tahu dimanakah Bangla Road?.

Keluar dari hostel, kami memutuskan untuk mengambil arah lurus, terus saja, tidak belok ke kiri apalagi ke kanan (karena hanya akan menambah jauh jarak kami dengan Bangla). Menyusuri jalanan, melewati jalan samping Phuket Graceland Resort (bener-bener grace, gede banget) dan ketemu dengan Pantai Patong di malam hari yang sunyi dan sepi, hehehe.....ya iyalah wong jam udah hampir jam 9 malam.




Ternyata di sepanjang trotoar depan Pantai Patong ada juga tempat makan kaki limanya, akhirnya kita makan disini, makanannya lumayan enak dengan harga 1080 bath untuk 1 ikan ukuran besar asam manis, cah kangkung seafood, calamari goreng dan nasi 5 piring (untuk 6 orang), 1 kelapa muda dan 5 botol air mineral.  Setelah kenyang, kami berjalan kembali, dan melihat ada patung ikan lumba-lumba (memangnya di Pantai Patong ada ikan lumba-lumba ya??? ).



Kami terus berjalan dan tidak lama kemudian, kami melihat keramaian.  Awalnya gak yakin kalo itu jalan Bangla yang kami cari, tapi setelah menemukan Papan Bangla Area Map, baru degh percaya.  Jarak antara penginapan dan jalan Bangla sekitar 10-15 menit jalan santai dan sepanjang jalan banyak ditemukan minimart seperti 7/11 (baca:seven eleven), jadi tidak perlu khawatir kalau-kalau membutuhkan sesuatu.  Bahkan, tak jauh dari jalan Bangla terdapat  Jungceylon, yang merupakan mal paling besar di Patong. 

Papan petunjuk jalan Bangla 

Welcome to Patong 

Setelah ditelusuri, ternyata sepanjang jalan Bangla, kami melihat tidak hanya ada bar disini tetapi juga ada toko-toko yang menjual suvenir, tempat refleksi  dan pijat, apotik, Bookazine, optik, Kodak, toko permata, dll.  It's really a happening area.

 suasana di depan Soi Sea Dragon

 suasana di depan Tiger Entertainment

Berdasarkan yang saya baca dari phuket.com ternyata benar para ladyboys itu senang sekali meminta para turis yang berfoto dengan mereka untuk menggoyangkan  'aset baru mereka' , dan tak lupa untuk meminta beberapa lembar bath.  

 shake it

 suasana di depan Soi Crocodile

Hehehe...akhirnya berfoto juga dengan ladyboys 

Kalau tak salah saya waktu itu sudah hampir jam 12 malam, ketika beberapa dari kami sudah merasa sangat capek dan mengingat besok pun harus jalan ke Phi Phi isIand, akhirnya kami memutuskan untuk pulang.  Sesampainya di penginapan,  ternyata teman-teman yang cowok, masih mau duduk-duduk dulu di lobi.  Akhirnya saya ke atas ke kamar saya untuk mengambil susu Bear Brand (untuk jaga stamina) dan kembali bergabung dengan mereka.  Ha....ternyata sepeninggalan saya, yang gak sampai 5 menit itu, telah bisa membuat mereka memutuskan untuk kembali ke jalan Bangla dan mau masuk ke salah satu Go Go Bars yang ada, dan meminta saya untuk ikut karena kalo tidak ada cewek, mereka takut tidak bisa pulang (emang mau disekap sama ladyboys? atau...hehehe.......)

 
Bangla nightlife 

Sesampainya kami di sana, ternyata harga tiket pintu masuknya masih bisa ditawar, dari 500 bath menjadi 300 bath per orang (mendapatkan 1 first drink).  Selama pertunjukan tidak diperkenankan untuk mengambil gambar para ladyboys.  Setelah satu jam pertama, biasanya para pelayan akan mulai menawarkan second drink dengan harga yang lebih murah.  Nah, pada saat itulah kami undur diri, pulang.  Untuk  kembali ke penginapan,  kami  sewa tuk tuk yang harganya 100 bath untuk sekali jalan dari jalan Bangla ke penginapan.

Pada malam kedua, setelah dari Phi Phi island, kami menghabiskan malam terakhir di Phuket dengan mampir ke Hard Rock Cafe dan membeli beberapa kaos, menyusuri sepanjang jalan dari penginapan ke jalan Bangla dan jalan Bangla itu sendiri.  Melihat-lihat ke mal Jungceylon, mencari kaos bertuliskan Phuket untuk oleh-oleh sambil mencari makan malam.  Akhirnya kami mencoba makan seafood di Sakorn (nama tempatnya), di luar mal Jungceylon.  Padahal menurut apa yang saya baca, kalo mau coba makan seafood yang enak ada di Savoy, nama restaurannya, tapi diluar budget kami.   Setelah makan, akhirnya kami menemukan  kaos yang harganya 100 bath/kaos.  Bisa dibilang lebih murah, karena kalau beli di dalam mal Jungceylon harganya sekitar 200-300 bath/kaos.


bersambung...